Jumat, 29 April 2016

 02.15      No comments


Implementasi Perilaku Baik Pada Q.S.An Nisa’:36

index.jpg
Disusun oleh:
Kelas XI IIB 1
1        Alvina Maghfiroh                         (02)
2        Khoirin Nisa’                                (15)
3        M. Kamal Al Musyaddad             (18)
4        Nafisah Nur Shofianida                (23)
5        Ni’ma Aulia Chusna                     (24)
KEMENTRIAN AGAMA KABUPATEN KUDUS
Prambatan Kidu Kaliwungu Kudus,Telp/Fax.(0291) 431184, Website : www.man2kudus.sch,id, email : man2kudus@yahoo.com



A      Muqaddimah
Assalamu’alaikum wr.wb.

اَلْحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ اَلرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ مَا لِكِ يَوْمِ الدِّيْنِ, وَالصَّلَاةُ وَالسَّلاَمُ عَلىَ اَشْرَفِ اْللأَنْبِياَءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ سَيِّدِناَ وَمَوْلَنَا مُحَمَدٍ خَاتَمِ النَّبِيِّيْنَ وَاِمَامِ اْلمُرْسَلِيْنَ, وَعَلىَ اَلِه الطَّاهِرِيْنَ وَصَحَابَتِهِ اَجْمَعِيْنَ, اَمَّا بَعْدُ.
            Pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih kepada Allah SWT, yang telah memberi hidayah dan inayah Nya kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas program keterampilan computer dengan keadaan sehat
            Tak lupa saya ucapkan terima kasih kepada kepla sekolah MAN 2 Kudus, Bpk.H. Ahmad Rif’an M.Ag.Yang telah menjadi kepala MAN 2 Kudus yang bertanggung jawab serta telah memberi arahan dan bimbingan kepada kami.
            Terima kasih pula kepada Ibu Hj. Sti Asiyah selaku pembimbing mata pelajaran Al Qur’an Hadist di kelas X1 IIB, yang telah mendidik kami dengan ikhlas.Dan telah memberi ilmu yang bermanfaat, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas mkalah ini dengan lancar.
            Tak lupa teman-teman senasib seperjuangan yang telah membantu kita dalam menyelesaikan makalah ini.
            Dalam tugas makalah ini berisi tentang kandungna Q.S.An-Nisa’:36.
Wassalamu’alaikum wr.wb
Kudus, 4 Februari 2016


B       Inti
1.      BERBUAT BAIK KEPADA ORANG TUA
            Berbakti pada kedua orang tua merupakan kewajiban setiap anak yang terlahir ke muka bumi ini. Dalam Q.S Luqman ayat 13-15 dijelaskan bahwa seorang ibu telah mengandung anaknya selama 9 bulan 10 hari dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, serta menyapihnya dalam usia 2 tahun.
            Tidak hanya itu, orang tua senantiasa mendidik dan membimbing kita ke jalan Allah. Sudah sepatutnya kita membalas semua jasa-jasanya dengan berbakti padanya, seperti kisah Uwais al-Qarni. Ia adalah penduduk Yaman dari suku Qarn. Ia sangat berbakti pada ibunya. Kepatuhannya terhadap ibunya mengalahkan segalanya. Kekuatan fisiknya yang tak seberapa itu dimanfaatkannya dengan tidak tanggunng tanggung untuk menggendong ibunya.
Walaupun dia menderita penyakit kusta, itu tidak menyurutkan semangatnya dalam berbakti pada ibunya. Ia menggendong ibunya dari Yaman sampai Madinah sampai kulitnya melepuh. Namun itu tidak membuatnya menyerah begitu saja.
Jadi sampai selelah apapun usaha kita untuk membalas jasa-jasa orang tua kita, tidak akan bisa walaupun setetes. Maka jangan sia-siakan kedua orang tua kita selagi mereka masih ada di samping kita. Turutilah segala perintahnya selama itu tidak menentang syariat agama. Janganlah sekali kali membantah apalagi berkata yang tidak sepatutnya untuk dilontarkan kepadanya. 
2.      Karib Kerabat
Karib kerabat adalah mereka yang mempunyai hubungan nasab (keturunan) dengan mu, baik dari pihak bapak maupun dari pihak ibu.Mereka mempunyai hak kekerabatan, yaitu:
  Menyambung Silaturahmi dengan baik
  Memenuhi kebutuhannya
  Memberi manfaat lahiriyah
  Memberi harta
MENYAMBUNG SILATURAHMI MESKIPUN KARIB KERABAT BERLAKU KASAR.Oleh Al-UstadzYazid bin Abdul QadirJawas
3.      Anak Yatim
Secara bahasa “yatim” berasal dari bahasa arab. Dari fi’il madli “yatama” mudlori’ “yaitamu”  dab mashdar ” yatmu” yang berarti : sedih. Atau bermakana : sendiri.

Didalam ajaran Islam, mereka semua mendapat perhatian khusus melebihi anak-anak yang wajar yang masih memiliki kedua orang tua. Islam memerintahkan kaum muslimin untuk senantiasa memperhatikan nasib mereka, berbuat baik kepada mereka, mengurus dan mengasuh mereka sampai dewasa.  Islam juga memberi nilai yang sangat istimewa bagi orang-orang yang benar-benar menjalankan perintah ini.

Secara psykologis, orang dewasa sekalipun apabila ditinggal ayah atau ibu kandungnya pastilah merasa tergoncang jiwanya, dia akan sedih karena kehilangan salah se-orang yang sangat dekat dalam hidupnya. Orang yang selama ini menyayanginya, memperhatikannya, menghibur dan menasehatinya. Itu orang yang dewasa, coba kita bayangkan kalau itu menimpa anak-anak yang masih kecil, anak yang belum baligh, belum banyak mengerti tentang hidup dan kehidupan, bahkan belum mengerti baik dan buruk suatu perbuatan, tapi ditinggal pergi oleh Bapak atau Ibunya untuk selama-lamanya.

Betapa agungnya ajaran Islam, ajaran yang universal ini menempatkan anak yatim dalam posisi yang sangat tinggi, Islam mengajarkan untuk menyayangi mereka dan  melarang melakukan tindakan-tindakan yang dapat menyinggung perasaan mereka.

Adapun menurut istilah syara’ yang dimaksud dengan anak yatim adalah anak yang ditinggal mati oleh ayahnya sebelum dia baligh.

أنا وكافل اليتيم فى الجنة هكذا وأشار بالسبابة والوسطى وفرج بينهما شيئا
(رواه البخاري ، كتاب الطلاق ، باب اللعان )

Aku dan pengasuh anak yatim berada di Surga seperti ini, Beliau memberi isyarat dengan jari telunjuk dan jari tengah-nya dan beliau sedikit  merengganggangkan kedua jarinya

Secara materi anak yatim pastilah kekurangan. Walaupun almarhum orang tuanya kaya, anak yatim telah kehilangan figure orang dewasa yang mencukupi kebutuhan mereka dan memberikan rasa aman. Selain secara materi, anak yatim juga merasa menderita secara batin. Merekatidak cukup dilimpahi kasih sayang. Oleh karena itu, kita wajib menyantuni mereka agar penderitaan mereka berkurang dan mereka bisa merasakan kasih sayang dari saudara sesama Muslim
4.      Di Balik Rendahnya Orang Miskin
            Orang miskin dipandang sebelah mata oleh para manusia yang belum mengetahui derajat dari orang miskin.Bagi mereka oarng miskin berada di derajat bawah, berbeda dengan pandangan Rasulullah, orang miskin memilki derajat yang tinggi dari golongan yang lain.
a)      Waisat Rasululah Kepada Dzar Al dan Para Sahabat
Waisat yang disampaikan Rasulullah kepada sahabatnya tidak lain adalah tentang orang miskin.
عَنْ أَبِيْ ذَرٍّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: أَوْصَانِيْ خَلِيْلِي صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِسَبْعٍ : بِحُبِّ الْمَسَاكِيْنِ وَأَنْ أَدْنُوَ مِنْهُمْ، وَأَنْ أَنْظُرَ إِلَى مَنْ هُوَ أَسْفَلُ مِنِّي وَلاَ أَنْظُرَ إِلَى مَنْ هُوَ فَوقِيْ، وَأَنْ أَصِلَ رَحِمِيْ وَإِنْ جَفَانِيْ، وَأَنْ أُكْثِرَ مِنْ لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ، وَأَنْ أَتَكَلَّمَ بِمُرِّ الْحَقِّ، وَلاَ تَأْخُذْنِيْ فِي اللهِ لَوْمَةُ لاَئِمٍ، وَأَنْ لاَ أَسْأَلَ النَّاسَ شَيْئًا.

Dari Abu
Dzar RA, ia berkata : “Kekasihku (Rasulullah) SAW berwasiat kepadaku dengan tujuh hal: (1) Supaya aku mencintai orang-orang miskin dan dekat dengan mereka, (2) Beliau memerintahkan aku agar aku melihat kepada orang yang berada di bawahku dan tidak melihat orang berada di atas ku, (3) Beliau memerintahkan agar aku menyambung silaturrahimku meskipun mereka berlaku kasar kepadaku, (4) Aku dianjurkan agar memeperbanyak ucapan laa haulaa walaa quwwata illaa billaah (tidak ada daya dan upaya kecuali dengan pertolongan Allah), (5) Aku diperintah untuk mengatakan kebenaran meskipun pahit, (6) Beliau berwasiat agar aku tidak takut celaan orang yang mencela dalam berdakwah kepada Allah, dan (7) Beliau melarang aku agar tidak meminta-minta sesuatu pun kepada manusia”.(H.R.Imam Ahmad, Imam at Thabrani,imam Ibnu Hibban, Imam Abu Nua’im, Imam Al Baihaqi.)
            Dalam hadist ini, Rasulullah SAW berwasiat kepada Abu Dzar agar mencintai orang-orang miskin dan dekat denagn mereka.Kita sebagai umat Islam hendaknya menyadari bahwa nasi hat Nabi Muhammad SAW ini tertuju juga kepada kita semua.
            Orang-orang miskin yang dimaksud, adalah mereka hidupnya yang tidak berkecukupan, tidak punya kepandaian untuk mencukupi kebutuhannya, dan mereka tidak mau meminta-minta kepada manusia.Pengertian ini sesuai dengan sabdaRasulullahSAW:
Orang miskin itu bukanlah mereka yang berkeliling meminta-minta kepada orang lain agar diberikan sesuap dan dua suap akan dan satu-dua butir kurma.” Para sahabat bertanya: ‘’ Ya Rasulullah, ( kalau begitu) siapa yang dimaksud orang miskin itu ?’’ Beliau menjawab:‘’Mereka ialah yang hidupnya tidak berkecukupan dan tidak mempunyai kepandaian untuk itu, lalu dia diberi shadaqah (zakat) dan mereka mereka tidak mau meminta-minta sesuatupun kepada orang lain”
            Islam menganjurkan umatnya berlaku tawadhu’ terhadap orang-orang miskin, duduk berama mereka, menolong mereka, serta bersabar bersama mereka
            Mencintai orang-orang miskin dan dekat mereka, taitu dengan membantu dan menolong mereka, bukan sekedar dekat dengan mereka.Apa yang ada pada kita, kita berikan kepada mereka karena kita akan diberikan kemudahan oleh Allah Ta’ala dalam setiap urusanm dihilangkan kesusahan pada hari kiamat, dan mempoleh ganjaran yang besar.
Rasulullah SAW bersabda :
مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا نَفَّسَ اللهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ يَسَّرَ اللهُ عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ...

“Barangsiapa menhilangakan satu kesuasahan dunia dari seorang mukmin, Allah akan menghilangkan darinya satu kesusahan di hari kiamat .Dan barangsiapa yang memudahkan kesuasahan orang yang dililit hutang, Allah akan memudahkan atasnya di dunia dan akhirat”

b)     Keutamaan Orang Miskin
1.b Penghuni Surga Banyak Orang Miskin
Dari hadits bin Wahb RA. Beliau berkata
أَلاَ أُخْبِرُكُمْ بِأَهْلِ الْجَنَّةِ كُلُّ ضَعِيفٍ مُتَضَعِّفٍ لَوْ أَقْسَمَ عَلَى اللَّهِ لأَبَرَّهُ ، أَلاَ أُخْبِرُكُمْ بِأَهْلِ النَّارِ كُلُّ عُتُلٍّ جَوَّاظٍ مُسْتَكْبِرٍ
Maukah kuberitahu pada kalian siapakah ahli surga itu? Mereka itu adalah setiap orang yang lemah dan dianggap lemah oleh para manusia, tetapi jika ia bersumpah atas nama Allah, pastilah Allah mengabulkan apa yang disumpahkannya. Maukah kuberitahu pada kalian siapakah ahli neraka itu? Mereka itu adalah setiap orang yang keras, kikir dan gemar mengumpulkan harta lagi sombong” (HR. Bukhari no. 4918 dan Muslim no. 2853).
Orang yang lemah yang dimaksud adalah orang yang diremehkan orang lain karena keadaan yang lemah di dunia (alias: miskin).

2.b Orang Miskin Mendahului Orang Kaya Masuk Surga
Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
يَدْخُلُ فُقَرَاءُ الْمُؤْمِنِينَ الْجَنَّةَ قَبْلَ الأَغْنِيَاءِ بِنِصْفِ يَوْمٍ خَمْسِمِائَةِ عَامٍ
Orang beriman yang miskin akan masuk surga sebelum orang-orang kaya yaitu lebih dulu setengah hari yang sama dengan 500 tahun.” (HR. Ibnu Majah no. 4122 dan Tirmidzi no. 2353. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan).



3.b Berkah dari Doa Orang Miskin
Dalam hadits disebutkan bahwa Sa’ad menyangka bahwa ia memiliki kelebihan dari sahabat lainnya karena melimpahnya dunia pada dirinya, lantas Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
هَلْ تُنْصَرُوْنَ وَتُرْزَقُوْنَ إِلاَّ بِضُعَفَائِكُمْ
Kalian hanyalah mendapat pertolongan dan rezeki dengan sebab adanya orang-orang lemah dari kalangan kalian” (HR. Bukhari no. 2896)
5.      KEUTAMAAN BERBUATBAIK KEPADA TETANGGA
Dalam kebiasaan masyarakat Indonesia, sering menggunakan istilah “SILATURAHMI, untuk mengungkapkan makna menyambung kasih sayang, dan masih jarang yang menggunakan kata “SILATURAHIM”. Padahal kedua kata tersebut memiliki arti/makna yang berbeda, walaupun susunan huruf-hurufnya hampir sama, bedanya hanya pada akhiran huruf ‘ha dan mim. Silaturahmi berasal dari kata “silah” yang bermakna menyambung, dan “rahmi” yang bermakna “rasa nyeri yang dirasakan seorang wanita saat melahirkan”. Sementara silaturahim berasal dari kata “silah” yang bermakna menyambung, dan “rahim”. Jadi, jika yang kita maksud adalah kegiatan menyambung kasih sayang, maka jangan keliru, gunakanlah kata “SILATURAHIM”.
Kegiatan atau aplikasi makna silaturahim yang banyak di praktekkan masyarakat, di antaranya dengan saling mengunjungi, bertandang, bersama-sama dalam berbagai momentum, bertegur sapa, ataupun dengan saling tolong menolong. Akan tetapi, pada makna yang lebih luas, sesuai dengan apa yang disabdakan oleh Rasulullah, silaturahim juga bermakna menyambungkan sesuatu yang terputus. “Bukanlah yang dikatakan silaturahim itu adalah membalas kunjungan atau pemberian, melainkan silaturahim itu ialah menyambungkan apa yang telah terputus (HR. Bukhari Muslim).
a.       Motivasi Rabbani
Banyak sekali ayat Al-Quran dan hadits Nabi yang menjelaskan tentang keutamaan silaturahim dan berbuat baik kepada tetangga. Di antara yang masyhur, adalah firman Allah pada surat Annisa (perempuan) ayat pertama, yang artinya: “Wahai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu (nabi Adam), menciptakan pasangannya (dari dirinya) dan dari keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Bertaqwalah kepada Allah, yang dengan namanya kamu saling meminta satu sama lain, dan peliharalah hubungan silaturahim (kekeluargaan, kekerabatan dan persahabatan). Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.
Perintah untuk menyambungkan kasih sayang, kekeluargaan, persaudaraan dan kekerabatan secara tegas Allah sampaikan, setelah sebelumnya Allah mengingatkan kita bahwa pada awalnya, manusia itu sendirian, dan boleh jadi dalam kesendiriannya, kita akan merasa kesepian dan hampa. Allah swt kemudian menciptakan Hawa untuk menemani Nabi Adam as, agar tidak sendiri lagi. Bahagia, punya teman, bisa saling bercerita, berbagi, bantu membantu, tolong menolong dan bekerja sama untuk semua urusan kehidupan. Seolah Allah ingin mengatakan bahwa “kalian harus bersyukur, dulu kesepian, kini setelah diberikan teman yang terus berkembang menjadi banyak, jangan sampai kalian wahai manusia, melakukan sesuatu yang akan membuat kalian menjadi kesepian kembali, karena kesendiriannya. Dalam konteks dakwah dan am intikhab, jangan sampai hizb dan dakwah ini tidak lagi dilirik dan dipilih masyarakat, menjadi sepi peminat, lantaran para kadernya tidak gemar silaturahim. Lantaran kita lebih asyik merapat dengan komunitas yang homogen, dan malas bergaul dan berinteraksi dengan masyarakat luas yang cenderung heterogen.
 Untuk itu, mari kokohkan kembali semangat untuk terus berbaur tapi tidak terlarut, berinteraksi tapi tidak terinfiltrasi, bermasyarakat tapi tidak terbawa maksiat. Yakhtalituuna walakin yatamayazun.
b.      Keutamaan dan Urgensi silaturahim
1.      .Digolongkan sebagai orang yang berakal dan dapat mengambil pelajaran/ Ulil Albab. Di dalam surat ArRa’du ayat 19- 21, Allah menjelaskan, bahwa di antara kriteria orang yang berakal dan dapat mengambil pelajaran, adalah “orang yang senantiasa bersilaturahim”, yakni yang menghubungkan apa yang diperintahkan oleh Allah untuk menghubungkan. Jadi, kalau kita merasa sebagai orang yang punya akal, tidak ada pilihan lain, wajib silaturahim. Sebaliknya? Jawabannya silakan diuraikan sendiri.
2.      Salah satu risalah penting yang dibawa Nabi Muhammad saw.
Sahabat Amr bin Abasah RA pernah menyampaikan, saya datang kepada Nabi saw di Mekkah, awal kenabian, kemudian saya bertanya kepada beliau, “Apakah kedudukan tuan? Beliau menjawab,” Nabi” Apakah Nabi itu? Jawab beliau “Allah mengutus aku” saya bertanya kembali, untuk apa Allah mengutus tuan? Beliau/Rasulullah saw menjawab: “ALLAH MENGUTUS AKU UNTUK MENYAMBUNGKAN TALI PERSAHABATAN/KASIH SAYANG, menghancurkan berhala dan mengESA kan Allah tanpa mempersekutukan dengan sesuatupun.
3        Salah satu amal yang menyebabkan pelakunya masuk surga.
Dari Abu Ayyub Khalid bin Zaid Alansharyra, bahwasanya ada seseorang bertanya:” wahai rasulullah, beritahukan kepada saya sesuatu amal yang dapat memasukkan saya ke surga. “Rasul menjawab. Yaitu kamu menyembah Allah dan jangan mempersekutukannya, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan menghubungkan silaturahim.

c.       Hikmah Silaturahim
        Berbagai penjelasan dalil banyak berbicara tentang hikmah silaturahim. Barangsiapa menginginkannya, maka lakukanlah silaturahim dan tidak menundanya. Apa saja hikmah silaturahim itu?
1.      Dipanjangkan umurnya. Manusia hidup sebagai makhluk sosial, ia tidak bisa hidup sendiri tanpa pertolongan orang lain. Orang yang sering bertemu dan bertatap muka dengan banyak orang, suka berinteraksi dan tidak menyendiri, insya Allah memiliki potensi lebih sehat dibandingkan yang tidak mau bergaul, menyendiri dan tak mau bergerak. Paling tidak, dengan berinteraksi dengan berbagai kalangan, ia makin menyadari bahwa ternyata setiap manusia memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing, setiap manusia memiliki permasalahan hidupnya masing-masing, sehingga dia tidak berpikir bahwa “dialah yang paling menderita hidupnya” Ternyata banyak orang lain yang juga punya masalah. Kesadaran ini membuat rasa syukur makin muncul dan sekaligus belajar sabar kepada orang lain. Mata batin dan jiwa pun tenteram, peluang sehat menjadi lebih dekat.
2.       Dimurahkan rezekinya. Dari Anas bin Malik RA, katanya, saya mendengar Rasulullah saw bersabda: “Siapa yang ingin supaya dimudahkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah dia memperhubungkan silaturahim (HR Bukhari). Dengan silaturahim makin banyak teman dan relasi, itu maknanya makin banyak akses informasi, akses dan peluang pasar untuk bisnis, dan akses2 kebaikan yang lainnya.
3.         Menumbuhkan jiwa persatuan dan semangat tolong menolong. “Tangan Allah berada dia atas jamaah/bersatu. Persatuan adalah rahmat, dan perpecahan adalah ahzab. Tidak dapat dipungkiri, salah satu yang menumbuhkan menyatu dan bersaudara adalah aktivitas menyambungkan kasih sayang/silaturahim. Dengan ini juga bisa dibangun kesamaan visi dan pemahaman tentang suatu hal. Jika visi dan pemahaman sudah searah, tentang berbagai solusi, menjadi sesuatu yang mudah.

d.      Berbagai Alternatif Aksi,
                        Dalam Hadits yang cukup terkenal, Rasulullah saw bersabda: “Dari Abu Yusuf Abdullah bin salam RA berkata: “Saya mendengar Rasulullah saw bersabda: “Wahai sekalian manusia, sebar luaskanlah salam, berilah makanan, hubungkanlah tali persaudaraan/kasih sayang, dan shalatlah saat orang-orang sedang tidur, niscaya kalian semua akan masuk surga dengan selamat. (HR Atturmudzy).
Pilihan aksi menyambung silaturahim, dengan rajin menebar salam, dan suka berbagi makanan. Dengan salam kita mendoakan orang lain mendapatkan 3 hal, keselamatan, kasih sayang dan keberkahan. Kita yang mengucap salam, juga didoakan kembali dengan 3 hal tersebut. Indahnya saling mendoakan. Maka untuk bisa menebar salam, kita harus bertemu dengan orang lain. Dalam hadits riwayat Malik, diceritakan bahwa ada seorang sahabat (Abdullah bin Umar), sengaja ke pasar dengan niat untuk bisa menebar salam, sementara dia sendiri tidak berniat membeli sesuatu di pasar.
Terkait berbagi atau memberi makanan, Rasulullah saw pernah menyampaikan kepada Aisyah RA.”Wahai Aisyah, selamatkan dirimu dari api neraka, meskipun hanya dengan (sedekah) sebutir kurma. Insya Allah kita bisa berbagi tidak hanya dengan sebutir kurma. Tapi Lebih dari itu. Karunia Allah yang demikian luas, mengajarkan kita untuk selalu berbagi dan memberi.
Sukses aksi di lapangan, akan sangat ditunjang oleh kesuksesan kita dalam bermunajat dan berinteraksi secara vertikal dengan Allah swt, Dzat yang Maha membolakbalikkan hati. Maka Aksi di malam hari dengan bertahajud, menjadi sesuatu yang pasti.
e.       Silaturahim kepada Tetangga dan orang Terdekat
“Sembahlah Allah dan janganlah kalian mempersekutukannya, dan berbuat baiklah kepada orang tua, sanak kerabat, anak-anak yatim, orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. (QS Annisa: 36)
Objek silaturahim dan berbuat kebaikan diuraikan secara jelas dalam ayat tersebut di atas. Kepada siapa saja seharusnya kita menyambungkan kebaikan dan kasih sayang. Dari ayat ini disebutkan yakni:
1.Orang tua
2.Sanak kerabat
3.Anak Yatim
4.Orang miskin
5.Tetangga dekat
6.Tetangga jauh
7.Teman sejawat, teman kerja,
8.Hamba sahaya, bisa di artikan pembantu/khadimah.

Khusus terhadap tetangga, banyak sekali hadits yang menjelaskan tentang perintah berbuat baik kepada tetangga. Tetangga adalah salah satu jalan kita untuk bisa masuk surga. Tetangga adalah kebutuhan kita. Tetangga adalah kehidupan. Tak seorang pun di antara kita yang tidak butuh dengan keberadaan tetangga. Tetangga yang dekat atau tetangga yang jauh, sama –sama wajib untuk kita perlakukan dengan baik. Dalam hitungan Islam, tetangga kita adalah 40 rumah di sekitar kita. Bahkan sebagian kalangan berpendapat, bahwa tetangga juga bermakna orang berada dalam perjalanan bersama kita. Satu pesawat misalnya. Atau satu Bus, satu angkot, satu gerbong kereta, dan sebagainya.
Hadis2 berikut semoga mengingatkan kita untuk makin rajin silaturahim dan berbuat baik kepada tetangga.
“Dari Ibnu Umar RA dan Aisyah berkata, Rasulullah saw bersabda; “Malaikat Jibril senantiasa berpesan kepadaku untuk selalu berbuat baik terhadap tetangga, sehingga aku menyangka bahwa tetangga itu akan ikut mewarisi (HR Bukhari dan Muslim).
“Demi Allah, seseorang tidak sempurna imannya, Rasul mengulang sampai 3 kali. Ada seseorang yang bertanya, siapakah seseorang yang tidak sempurna imannya itu ya Rasulullah? Beliau menjawab: “Orang yang tetangganya tidak aman karena gangguannya (HR Bukhari dan Muslim).
Dari Abdullah bin Umar, RA berkata: Sebaik-baik teman menurut Allah yaitu orang yang paling baik terhadap temannya, dan sebaik-baik tetangga menurut Allah, adalah orang yang paling baik terhadap tetangganya (HR Atturmudy).
Demikianlah risalah yang dibawa oleh Nabi kita Muhammad saw, menjadi penuntun jalan untuk kesuksesan dunia akhirat, menjadi penerang jiwa untuk menyinari sekitarnya, menjadi arah meraih kemenangan dakwah. Selamat berjuang. Selamat bersilaturahim. Semoga Allah yang Maha Rahman Rahim melimpahkan kesuksesan bagi pecinta silaturahim.

6                     BERBUAT BAIK KEPADA TEMAN SEJAWAT
Selama ini teman dianggapa sebagai orang yang paling dekat dengan kita. Dalam berteman, kita harus memperhatikan adab-adab berteman, antara lain :
v                    Menasihatinya kala ia berbuat kesalahan
v                    Saling berbagi kebahagiaan, dan saling membantu dalam kesusahan
v                    Tidak memilih-milih teman dalam bergaul
v                   Menghormati satu sama lain dan tidak meremehkan teman
v                   Saling memahami, pengertian
v                   Saling tolong menolong dan melindunginya
v                   Menutupi aib temannya. Rahasia pun tak boleh sembarang dibeberkan pada orang lain
v                                Membantu mencari solusi atas setiap permasalahan yang ia hadapi, bukannya membiarkannya larut   dalam kesulitan
Jika teman berbuat salah terhadap kita, janganlah sungkan untuk memaafkannya. Tanamkan sifat pemaaf pada diri kita. Niscaya setiap persoalan yang menimpa akan terasa lebih ringan.
Terkadang teman kita bersikap tidak seperti biasanya. Pada suatu saat ketika kelemahannya tampak oleh kita, cobalah untuk maklum. Setiap orang dilahirkan dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing.  Kadang kelebihan yang mereka miliki mungkin membuat kita iri, dan sebaliknya. Manusia tak ada yang sempurna. Itulah kebesaran Allah yang mampu menciptakan manusia yang berbeda-beda.
Ingat! Teman yang sejati ialah teman yang selalu ada untuk kita. Ikut sedih melihat kita berduka, dan bahagia melihat kita tersenyum. Walaupun kita mempunyai banyak teman, tapi mereka meninggalkan kita saat kita sedang membutuhkan mereka. Lebih baik mempunyai 1 teman yang benar benar setia untuk kita.

7        HAMBA SAHAYA

Hamba sahaya adalah seorang budak yang hidup pada zaman Rosulullah yang mempunyai derajat paling rendah karena tidak mempunyai hak apapun.

Cara Rasulullah SAW Menghormati Hamba Sahaya

Rasa cinta mendalam kepada Nabi Muhammad SAW juga dimiliki seorang budak perempuan bernama Barirah. Perempuan miskin ini berharap sekali Rasulullah dapat berkunjung kegubuknya. Belum ada keberanian untuk mengundang karena di rumah reyotitu memang tak tersedia apa-apa.
Suatu saat Barirah menerima makanan cukup mewah dari salah seorang sahabatnya. Makanan lezat semacam ini belum pernah ia nikmati seumur hidup. Sebelum mencicipi, tiba-tiba batinnya melintaskan sesuatu: Selag iada, sebaiknya makanan ini disuguhkan untuk orang istimewa yang selamainiiarindukan, Rasulullah SAW.
Begitu diundang, Rasulullah pun datang bersama para sahabatnya. Sahabat Nabi yang menyaksikan hidangan enak dan mahal itu tiba – tiba berpikir, budak perempuan ini tak mungkin membelinya sendiri.
“Wahai Rasulullah bisa jadi ini makanan zakat atau sedekah. Sedangkan engkau tidak boleh memakan zakat dan sedekah. Jadi Engkau jangan memakannya, ya Rasulullah,” kata sahabat.
Kecintaan Barirah yang menggebu membuatnya lupa bahwa Rasulullah tak menerima zakat dan shadaqah.Mendengar ucapan sahabat tersebut, hati Barirah seolah meledak.Perasaan takut, gelisah, malu, dan sedih kini merusak kegembiraannya. Menyajikan hidangan yang diharamkan bagi Rasulullah adalah kesalahan fatal.
Dalam kondisi ini, Rasulullah menampilkan kemuliannya. Dengan lembut dan bijak beliau berucap, “Makanan ini memang sedekah untuk Barirah, dan karenanya sudah menjadi milik Barirah.Lalu Barirah menghadiahkannya kepadaku.Maka akub oleh memakannya.”
Kemudian Rasulullah SAW pun memakannya tanpa segan. 
(MahbibKhoir)



C      Kesimpulan
         Setelah Q.S. An- Nisa’:36 yang telah dijekaskan secara rinci seperti di atas, maka kita dapat mengambil sebuah pelajaran yang besar dalam hidup kita.Q.S. An Nisa':36 memberi ajaran bagi kita dalam menjalani hidup dengan orang-orang yang telah tercantum dalam Q.S. An-Nisa’:36.
         Kesimpulan dari Q.S. An Nisa’:36 antara lain,
1.   Kita harus menhormati, menyanyangi, serta membalas jasa orang tua yang telah merawat, membesarkan, dan mendidik kita tanpa memperlihatkan rasa keluh kesah yang mereka rasakan.
2.    Kita sebagai manusia sosial sangat butuh bantuan dari orang lain, maka dari itu kita harus menyambung silturrahmi kita kepada para karib kerabat baik yang dekat maupun jauh dari kita.
3.    Kita sebagai umat muslim haruslah kita selalu bersikap dan berbuat baik kepada anak yatim, janganlah memakan harta anak yatim, serta jangan berbuat deskriminasi.Karena semua hal itu merupakan perbuatan yang dibenci oleh Allah Ta’ala.
4.    Janganlah kita selalu merendahkan orang-orang miskin, karena di mata Allah orang miskin sangatlah terpuji.Orang-orang miskin memiliki hak untuk hidup.
5.     Kita hidup pasti berdampingan dengan tetangga.Ketika kita hidup tanpa seorang tetangga hidup kita akan hampa, maka dari itu pergauilah dengan baik tetangga kita serta jaga silaturrahim.
6.   Semua orang pasti butuh dengan seorang teman, teman dapat kita jadikan sebagai tempata curahan kita.Seharusnya kita janganlah memlah-nilih dalam urusan teman, namun kita harus lebih selektif.
7.   Hamba sahaya merupakan seorang budak yang hidup pada zaman Rasulullah, memang pada era sekarang tidak ada budak.Tetapi hampir mirip dengan pembantu rumah tangga.Semua orang memilki hak, jadi kita tidak boleh menghalangi hak orang lain.
           

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

Recent Posts

Unordered List

Text Widget